Minggu, 11 April 2010

Cinta Dua Dunia


Tak bisa terbayangkan olehku, pasti pahit rasanya jika terpisah dengan orang yang sangat kita cintai. Terpisah dua dunia. Hari-hari yang selalu diwarnai dengan orang yang kita cintai tapi ternyata dituntut harus ikhlas menerima begitu saja semua kehendak-Nya. Dimana letak keadilan? Pasti kalimat itu sempat mampir dalam pikiran kita.

Hal ini dialami oleh seorang temanku, yang tak pernah hilang semangat hidupnya, yang tak pernah lelah tuk tersenyum pada orang-orang di sekitarnya, yang selalu berhasil menampakan raut wajah ceria pada setiap orang yang ditemuinya, walaupun cobaan itu terasa sangat pahit baginya. Aku bisa merasakannya. Seseorang yang sangat ia cintai harus pergi meninggalkan alam yang fana ini, sungguh tak terbayangkan betapa hancur hatinya. Seseorang yang ia yakini akan menjadi pendamping hidupnya untuk selamanya, yang selalu membuat ia bangga karna bisa memilikinya, hingga akhir. Ya, sesungguhnya ia memiliki cintanya hingga akhir.

Saat-saat pahit itu pun terjadi ketika temanku sedang menyelesaikan studi terakhirnya, betapa kokohnya ia, hatinya baru saja lebur dengan segala kejadian yang memilukan, tapi sudah harus dituntut dengan bejibunnya tugas akhir. Baiknya, tak butuh waktu lama baginya untuk bangkit kembali dari keterpurukannya, demi melanjutkan studinya yang tinggal menghitung hari. Sungguh mengagumkan.

Aku iri. Iri pada wanita yang sangat beruntung sekali menempati hati temanku itu, aku yakin walau sampai kapanpun tidak ada yang bisa melunturkan cinta temanku terhadap wanita itu yang walaupun sudah tiada. Cintanya begitu suci, murni, abadi hingga akhir.

Inilah salah satu scenario Tuhan yang memang harus di terima dan syukuri. Andai saja aku memiliki peran sebagai pengganti atas cinta abadinya, aku sangat bersyukur sekali. Mungkin peranku tidak bisa sehebat peran yang di lakoni oleh wanita itu, tapi minimal aku akan berusaha untuk terus membuatnya tersenyum dalam hari-harinya. Andai saja aku bisa kenal ia sebelum ia mengenal wanita itu, tapi ini adalah scenario-Nya yang tidak bisa di ganggu gugat dan mungkin Tuhan akan membenciku jika aku terus berandai tanpa pernah mensyukuri yang ada.

Setidaknya aku mengenal dia, aku bisa belajar banyak dari pengalamannya, itulah yang mungkin ingin Tuhan sampaikan padaku. Dan aku patut mensyukuri itu semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar